0
RESUME ANFIS SEL DARAH
Posted by Unknown
on
12.23
in
Kuliah
A. Anatomi
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah
atau eritrosit adalah merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang
berdiameter 8mm, tebal bagian tepi 2mm pada bagian tengah tebalnya hanya
1mm atau kurang. Karena se itu lunak dan lentur maka dalam perjalanannya
melalui mikrosirkulasi konfigurasinya berubah. Stroma bagian luar yang
mengandung protein terdiri dari antigen kelompok A dan B serta Rh yang
menentukan golongan darh seseorang. Komponen utama sel darah merah adalah
protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan Ph normal
melalui serangkaian dapar intraseluler. Molekul- molekul Hb terdiri dari 2
pasang rantai polipeptida (globulin) dan 4 gugus hem, masing- masing mengandung
sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat
sempurna.
Jumlah sel darah merah kira- kira per milimeter kubik darah pada rata- rata
orang dewasa dan berumur 120 hari. Keseimbangan yang tetap di pertahankan
antara kehilangan dan penggantian sel darah setipa hari. Pembentukan sel darah
merah di rangsang oleh hormone glikoprotein, eritroprotein, yang di anggap
berasal dari ginjal. Pembentukan eritoproteindi pengaruhi oleh hipoksia
jaringan yang di pengaruhi factor- factor seperti perubahan O2 atmosfir,
berkurangnya kadar O2 dalam arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin.
Eritoprotein merangsang sel induk untuk memulai proliferasi dan pematangan sel
sel- sel darah merah. Selanjutnya, pematangan tergantung pada jumlah zat- zat
makanan yang cocok seperti Vitamin B12, asam folat, protein- protein, enzim-
enzim, dan mineral seprti besi dan tembaga.
1. Pembentukan
sel darah merah (Eritropoesis)
Pembentukan
darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Selinduk yang paling primitif adalah sel
induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensial menjadi sel induk myeloid
dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yang kompleks dan rumit
akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit, granulositik,
dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjadi trombosit.
Dalam
pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat,
zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin
C dan B kompleks.Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah
merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal
dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari
sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang
diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau
hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga
meningkat. Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari.
Setelah 120 hari akan mengalami proses penuaan. Apabila destrusi sel darah
merah terjadi sebelum waktunya atau kurang dari 120 hari disebut hemolisis yang
biasanya terjadi pada thalasemia.
2. Haemoglobin
Haemoglobin
adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah, suatu protein
yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam
proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit,
karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran
darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit mungkin haemoglobin selama
beberapa hari berikutnya.
Tahap dasar
kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang
dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk
molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk
protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk
molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai
polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom,
membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.
Terdapat
beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang
berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida.
Tipe-tipe rantai itu disebut rantaialfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai
delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum pada orang dewasa, yaitu hemoglobin
A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta.
1.
Suksinil-KoA
+ 2 glisin à pirol
2.
Pirol
à protoporfirin IX
3.
Protoporfirin
IX + Fe++ à Heme
4.
Heme
+ Polipeptida à Rantai hemoglobin
3.
Katabolisme
Hemoglobin
Hemoglobin yang dilepaskan dari sel
sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit olehsel-sel makrofag di
hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsum tulang.
Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan
besiyang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan
diangkut oleh transferin menuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah
baru, atau menuju hati dari jaringan lain untuk disimpan dalam bentuk faritin.
Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi
bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empedu.
Pada keadaan normal disintetis
hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfa dan dua rantai beta.
Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanya terdiri
dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan
kadarnyatidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal)
setelah lahir Foetus senantiasamenurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar
seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal.
Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma.
2 rantai α + 2 rantai β à Hemoglobin A
2 rantai α + 2 rantai δ à Hemoglobin A2
2 rantai α + 2 rantai γ à Hemoglobin F
4.
Leukosioesis
Limfosit
dibuat di dalam kelenjar getah bening dan limpa. Sedangkan limfosit T dibuat
dan matang dalam thymus (sebuah kelenjar kecil di dekat jantung). Kelenjar thymus
hanya aktif pada anak-anak dan dewasa muda. Di dalam sumsum tulang, semua sel
darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem
membelah, yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum
matang (imatur), sel darah putih atau sel yang membentuk trombosit
(megakariosit). Kemudian jika sel imatur membelah, akan menjadi matang dan pada
akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih atau trombosit. Sumsum tulang
membentuk dan melepaskan lebih banyak sel darah putih sebagai respon terhadap
infeksi
5.
Trombopoesis
·
Trombopoesis
(pembentukan thrombocyt berasal dari sel induk pluripotensial yang berubah
menjadi megakarioblas kemudian promegakarioblas menjadi megakariosit didalam
sumsum tulang
·
Megakariosit mengalami pematangan
dengan replikasi inti endometotik yang sinkron,memperbesar volume sitoplasma
sejalan dengan penambahan lobus inti menjadikelipatan duanya. Kemuadian
sitoplasma menjadi granuler dan trombosit dilepaskan
·
Setiap megakariosit
menghasilkan sekitar 4000 trombosit. Interval waktu dari diferensiasisel induk
(stem cell) sampai dihasilkan
trombosit sekitar membutuhkan sekitar 10 hari pada manusia
·
Trombopoesis
dipengaruhi oleh hormone trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjaldan
sejumlah sitokin seperti: IL-11, IL-3, dan IL-6
·
Trombopoetin
meningkatkan kecepatan dan jumlah maturasi megakariosit.
Hemolisis eritrosit akan
mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi komponen protein
yaitu globin yang kemudian dimanfaatkan kembali atau disimpan oleh tubuh dan
komponen heme yang akan terurai menjadi komponen besi dan bilirubin. Zat
besiakan kembali ke pool besi dan dipakai ulang. Sedangkan bilirubin akan
disekresikan melalui hatidan empedu kemudian dikeluarkan bersama urine
(urobilinogen) dan melalui feses (sterkobilinogen).
D. TEMPAT PEMBENTUKAN
SEL DARAH
1. Pembentuykan sel darah
(hemopoiesis) terjadi pada awal masa embrional, sebagian besar pada
hati dan sebagian kecil pada limpa
2. Adari kehidupan fetus hingga
bayi dilahirkan, pembentukan sel darah berlangsung dalam3 tahap, yaitu:
·
Pembentukan di saccus
vitellinus
·
Pembentukan di hati,
kelenjar limfe, dan limpa
·
Pembentukan di sumsum
tulang
3. Pembentukan sel darah mulai
terjadi pada sumsum tulang setelah minggu ke-20 masa embrionik
4. Dengan bertambahnya usia janin,
produksi sel darah semakin banyak terjadi padasumsum tulang dan peranan hati
dan limpa semakin berkurang
5. Sesudah lahir, semua sel darah
dibuat pada sumsum tulang, kecuali limfosit yang jugadibentuk di kelenjar
limfe, tymus, dan lien
6. Selanjutnya
pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sumsum tulang (extramedullary hemopoiesis) masih dapat
terjadi bila sumsum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis
7. Sampai dengan usia 5 tahun, pada
dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Tetapi
sumsum tulang dari tulang panjang, kecuali bagian proksimalhumerus dan tibia,
tidak lagi membentuk sel darah setelah usia mencapai 20 tahun
8. Setelah usia 20 tahun, sel darah
diproduksi terutama pada tulang belakang, sternum,tulang iga dan ileum
9. 75% sel pada sumsum tulang
menghasilkan sel darah putih (leukosit) dan hanya 25%menghasilkan eritrosit
10. Jumlah eritrosit dalam
sirkulasi 500 kali lebih banyak dari leukosit. Hal ini disebabkan oleh karena
usia leukosit dalam sirkulasi lebih pendek (hanya beberapa hari) sedangkan erotrosit
hanya 120 hari.
TEMPAT HEMATOPOIESIS
Janin
|
0-2 bulan
|
Yolk sac
|
2-7 bulan
|
Hati dan limpa
|
|
5-9 bulan
|
Sumsum tulang
|
|
Bayi
|
Sumsum tulang (semua
bagian tulang)
|
|
dewasa
|
Os. Vertebrae,
costae, sternum, cranium, sacrum, pelvis, ujung paroksimal os. Femur
|
E.
KOMPOSISI
DARAH
·
Darah terdiri dari
plasma dan sel-sel darah
·
Plasma terdiri dari
air, protein, dan bahan-bahan non protein
·
Plasma protein terdiri
dari albumin (55%), globulin α, β, γ (38%), fibrinogen (7%)
·
Sel-sel darah terdiri
dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Dimana leukosit terbagi 2 yaitu granulosit:
netrofil, eosinofil, dan basofil. Serta agranulosit: limfosit dan monosit.
Tabel
nilai rujukan
Jenis pemeriksaan
|
Satuan
|
Nilai rujukan
|
Hematologi rutin (Hb,
Lk, hitung jenis, Trb, LED)
|
||
Leukosit (WBC)
|
Ribu/μL
|
5-10
|
Hemoglobin
|
g/dL
|
P 12-15
|
Trombosit (PLT)
|
Ribu/μL
|
150-400
|
LED (ESR) (Westergen)
|
mm/1jam
|
P<20
|
Hitung jenis leukosit
·
Basofil
·
Eusinofil
·
Batang
·
Segmen
·
Limfosit
·
Monosit
·
Hematokrit
|
·
%
·
%
·
%
·
%
·
%
·
%
·
%
|
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
P 37-43
|
Masa pendarahan
|
Menit
|
1-6
|
Masa pembekuan
|
Menit
|
10-15
|
Masa tromboplastin
|
Detik
|
30,3-41,1
|
Fibrinogen
|
mg/dL
|
200-400
|
F.
Konstituen
Darah dan Fungsinya
KONSTITUEN
|
FUNGSI
|
Plasma
|
|
Air
|
Medium transportasi:
mengangkut panas
|
Elektrolit
|
Eksitabilitas
membran: distribusi osmotik cairan intra sel dan ekstra sel: menyangga
perubahan pH
|
Nutrient, zat sisa,
gas, hormone
|
Diangkut dalam darah:
gas CO2 darah berperan dalam keseimbangan asam-basa
|
Protein plasma
|
Secara umum,
menimbulkan efek osmotic yang penting dalam distribusi cairan ekstrasel
antara kompartemen vaskuler dan intertisium: menyangga perubahan pH
|
Albumin
|
Mengangkut banyak
zat: member konstribusi terbesar bagi tekanan osmotic koloid
|
Globulin
|
|
Alfa dan beta
|
Mengangkut banyak
zat: member kontribusi terbesar bagi tekanan osmotic koloid
|
Gama
|
Antibody
|
Fibrinogen
|
Prekusor inaktif
untuk jaringan fibrin pada bekuan darah
|
Unsure
sel
|
|
Eritrosit
|
Mengangkut O2
dan CO2
|
Leukosit
|
|
Neutrofil
|
Fagosit yang memakan
bakteri dan debris
|
Eosinofil
|
Menyerang cacing
parasit: penting dalam reaksi alergi
|
Basofil
|
Mengeluarkan
histamine, yang penting dalam reaksi alergi, dan heparin yang membantu
membersihkan lemak dari darah dan mungkin berfungsi sebagai antikoagulan
|
Monosit
|
Dalam transit untuk
menjadi makrofag jaringan
|
Limfosit
|
|
Limfosit B
|
Pembentukan antibody
|
Limfosit T
|
Respon imun seluler
|
Trombosit
|
Hemostasis
|
G.
Transfusi Darah
Transfusi darah adalah pemasukan
darah lengkap atau komponen-komponen darah secara langsung ke dalam aliran
darah. Definisi lain menyebutkan, transfusi darah adalah pemindahan darah
lengkap atau komponen-komponennya dari seseorang (donor) kepada orang lain
(resipien). Akan tetapi, transfusi darah tidak boleh serta merta dilakukan
secara sembaragan, harus ada indikasi yang jelas dan pemeriksaan tersendiri
sebelum dilakukannya transfusi darah, seperti pemeriksaan golongan darah, kadar
komponen darah, dan sebagainya.
Bahan yang
dapat digunakan untuk transfusi darah adalah sebagai berikut:
- Darah lengkap (whole blood). Mengandung semua komponen darah secara utuh, baik plasma maupun sel darahnya. Terbagi dua, yakni
a. Darah
segar (fresh blood), yang disimpan kurang dari 6 jam, masih lengkap dengan
trombosit dan faktor pembekuannya
b. Darah
yang disimpan (stored blood), yang disimpan lebih dari 6 jam (darah
hanya bisa disimpan sampai 35 hari, jumlah trombosit dan faktor pembekuan sudah
menurun). Diberikan pada indikasi dimana tubuh kekurangan semua komponen darah,
baik eritrosit, leukosit, trombosit dan plasma. Biasanya keadaan semacam ini
terjadi setelah adanya kehilangan darah yang banyak dalam waktu yang singkat,
misalnya pasca perdarahan akut > 20% volume darah. Atau pada neonatus yang
menderita eritroblastosis fetalis, dimana semua darahnya harus diganti dengan
jalan transfusi.
- Packed Red Cells (PRC). Sebahagian besar terdiri dari sel darah merah/ eritrosit, akan tetapi masih mengandung sedikit sisa-sisa leukosit dan trombosit. Indikasi pemberiannya adalah pada pasien anemia, dengan syarat: akan dilakukannya operasi besar, tetapi Hb < 10; atau anemia yang menimbulkan keluhan dan mengancam keselamatan.
- Washed Red Cells (WRC). Bedanya dengan PRC adalah, kadar sisa leukosit dan trombositnya jauh lebih rendah. Indikasinya adalah untuk mencegah terjadinya febris (demam) atau alergi akibat aktifitas leukosit maupun trombosit. Misalnya pada penderita thalassemia yang sering dilakukan transfusi, jika bukan WRC yang diberikan, bisa saja terjadi reaksi hipersensitifitas pada pasien tersebut akibat pemaparan leukosit asing yang berulang.
- Deep Freezing Red Cells, yaitu eritrosit yang didinginkan, untuk mencegah adanya virus, akan tetapi belum menjamin sepenuhnya.
- Trombosit konsentrat. Terdiri dari komponen trombosit saja, dan hanya bertahan paling lama sekitar 3 hari. Diberikan pada pasien yang mengalami trombositopenia berat dengan kadar trombosit <100.000/mm3 dan ditemukannya perdarahan serta sindroma perdarahan (ptekie, purpura, ekimosis, pendarahan gusi, dll). Atau juga diberikan pada pasien trombositopenia sangat berat dengan kadar trombosit <40.000/mm3 dengan atau tanpa perdarahan, karena ditakutkan akan terjadinya perdarahan serebral.
- Granulosit konsentrat. diberikan pada kasus netropenia berat, dengan kadar neutrofil < 0,5 x 109/L.
- Plasma. Jenisnya ada 7 macam: (1) Plasma Protein Fraction: mengganti plasma yang hilang pada luka bakar, kedaruratan abdomen dan jika ada trauma yang luas. (2) Fresh frozen plasma: mengandung faktor pembekuan VIII dan V, pada pasien dengan gangguan hemostasis yang labil. (3) Kriopresipitat: mengandung F.VIII, faktor von willebrand, F.XIII, fibronektin dan fibrinogen. Indikasi untuk pasien hemofilia A, penyakit von willebrand, dan sindroma defibrinektin akut. (4) Faktor VIII konsentrat, untuk terapi hemofilia A. (5) Faktor IX-protrombin kompleks konsentrat, untuk hemofilia B. (6) Fibrinogen konsentrat: untuk pasien DIC. (7) Imunoglobulin konsentrat pada pasien defisiensi imunoglobulin.
Sebelum melakukan transfusi darah,
diperlukan persiapan sebagai berikut:
- Cari pendonor dengan golongan darah yang cocok dengan resipien. Terutama golongan darah mayor: ABO dan Rh.
- Pendonor harus bebas dari penyakit menular, untuk itu dilakukan pemeriksaan skrining terhadap antibodi dalam serum donor dengan tes antiglobulin indirek (tes Coombs indirek), dan tes serologik untuk mendeteksi apakah adanya infeksi hepatitis, HIV, sifilis dan CMV.
- Dilakukan crossmatch, yaitu suatu uji kompatibilitas donor dan resipien darah. Ada dua macam:
a. Major
crossmatch: sel darah merah donor
ditempatkan dalam serum resipien (untuk mendeteksi antibodi resipien).
b. Minor crossmatch:
sel darah merah resipien ditempatkan dalam serum donor (mendeteksi antibodi
donor). Jika terjadi aglutinasi, maka tidak boleh dilakukan transfusi.
- Pemeriksaan klerikal. Setelah langkah 1-3 terpenuhi, lakukan pengambilan darah donor, bawa ke dalam ruangan khusus. Jika sudah tersedia darah sebelumnya, pastikan label darah resipien dan donor benar-benar cocok, baik etiket, nama, golongan darah, dan umur pendonor. Jangan sampai tertukar (faktanya di lapangan banyak yang kurang teliti karena hal ini).
- Hangatkan darah yang akan ditransfusi, dengan suhu lebih kurang sama dengan suhu tubuh.
- Catat nadi, tensi, suhu dan respirasi resipien.
Saat melakukan transfusi:
- Pasang infus dengan infus set darah (dengan alat penyaring), pertama diberi dulu larutan NaCl fisiologik.
- Kemudian teteskan darah pelan-pelan pada 5 menit pertama, awasi jika ada reaksi alergi seperti urtikaria, bronkospasme, rasa tidak enak dan menggigil. Tanda vital resipien harus dipantau secara ketat.
- Perhatikan kecepatan transfusi setelah 5 menit pertama: (1) untuk syok hipovolemik, beri tetesan cepat. (2) normovolemik, tetesan 500 ml/6 jam. (3) pasien anemia kronis, penyakit jantung dan paru, tetesan lambat yakni 500 ml/24 jam.
- Jika terjadi reaksi yang tidak diinginkan, langsung stop transfusi, dan cari penyebab reaksi tranfusi yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/48376519/anatomi-fisiologi-hematologi,
diakses (23 Juni 2012, pukul: 18.06 WIB)
http://sandurezu.wordpress.com/2011/03/31/transfusi-darah/,
, diakses (23 Juni 2012, pukul: 18.06 WIB)
Posting Komentar